Recent Blog Post

New Post!

  • Kesenian seni reog



    Reog Ponorogo, Kebudayaan Dan Kesenian Asli Indonesia

    Reog ponorogo merupakan salah satu seni tarian di Jawa Timur yang sampai saat ini masih terus di lestarikan. Reog ini merupakan kebudayaan dan kesenian asli Indonesia. Memang budaya dan seni ini sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis, oleh karenanya tak jarang sering dihubungkan dengan dunia kekuatan spiritual bahkan dunia hitam.
    Lepas dari hal itu, Reog Ponorogo ini oleh masyarakat biasanya sering dipentaskan saat acara pernikahan, khitanan, hari-hari besar nasional, dan juga festival tahunan yang diadakan oleh pemerintah setempat. Festival yang diadakan oleh pemerintah tersebut terdiri dari Festival Reog Mini Nasinonal, Festival Reog Nasional dan juga pertunjukan pada bulan purnama yang bertempat di alun-alun ponorogo. Sedangkan Festival Reog Nasional itu selalu diadakan saat akan memasuki bulan Maharam atau yang sering dalam tradisi Jawa itu biasa di sebut dengan bulan Suro. Pementasan reog ponorogo merupakan rangkaian dari acara Grebeg Suro atau juga dalam rangka ulang tahun kota Ponorogo.
    Dalam rangka menyambut tahun baru islam atau yang sering dikenal dengan sebutan tanggal satu Suro, pemerintah kabupaten Ponorogo mengadakan event budaya terbesar di Ponorogo yaitu Grebeg Suro. Saat Grebeg Suro berlangsung, biasanya saat pementasan kesenian Reog Ponorogo itu selalu dibanjiri penonton baik dari semua penjuru Ponorogo, bahkan karena pagelaran kesenian ini bertaraf nasional, tak jarang wisatawan dari luar daerah Ponorogo bahkan dari luar negeri pun turut hadir untuk melihat acara pagelaran kesenian Reog Ponorogo ini. Hal inipun dimanfaatkan oleh pemerintah daerah Ponorogo sebagai salah satu senjata andalan untuk meningkatkan daya tarik wisata Ponorogo itu sendiri.
    Selain festival Grebeg Suro, Festival Reog Mini tingkat nasional juga bisa menyedot antusias para wisatawan. Seluruh peserta yang mengikutinya merupakan generisa muda, rata-rata mereka masih duduk dibangku sekolah setingkat SD atau SMP. Salah satu tujuan dari festival Reog Mini tingkat nasional adalah untuk tetap menjaga kesenian ini terus berlangsung turun temurun, karena generasi muda inilah kelak yang akan meneruskan kesenian Rog ini. Semua pola kegiatan yang ada di festival Reog Mini hampir sama dengan Festival Reog Nasional, yang membedakannya hanya pada peserta sera waktu pelaksanaannya saja. Waktu pelaksanaan Festival Reog Mini ini pada bulan Agustus.
    Rangkaian pementasan kesenian Reog yang lainnya dan tak kalah seru dari pementasan sebelumnya yaitu pementasan atau pertunjukan Reog Bulan Purnama. Pertunjukan ini selalu rutin dilaksanakan bertepatan dengan adanya malam bulan purnama. Biasanya peserta yang ikut dalam pentas ini merupakan grup-grup lokal perwakilan dari kecamatannya masing-masing. Selain itu dalam pementasan ini juga sering dijumpai beberapa pertunjukan tari garapan yang berasal dari sanggar seni yang ada di Ponorogo.

    Sejarah Reog Ponoro

    Banyak cerita yang berbeda-beda akan sejarah Reog Ponorog oitu hadir, namun cerita yang paling populer dan berkembang di masyarakat adalah cerita tentang pemberontakan dan perlawanan seorang abdi kerajaan yang bernama ki Ageng Kutu Suryonggalan pada masa kerajaan Majapahit Bhre Kerthabumi. Bhe Kertabumi itu sendiri adalah raja Majapahit yang berkuasa sekitar abad ke-15.
    Di ceritakan sang raja sangat korup dan bertindak dzhalim kepada rakyatnya, hal ini membuat seorang Ki Ageng Kutu marah kepada sang raja. Apalagi didapati permaisuri sang raja yang keterunan cina mempunyai pengaruh kuat pada kerajaan. Selain itu, sahabat permaisuri yang masih keturunan Cina mengatur segala gerak-geriknya. Saat itu Ki Ageng Kutu berpendapat, kekuasaan kerajanan Majapahit akan segera berakhir jika hal ini terus dibiarkan begitu saja. Kemudian dia akhirnya meninggalkan sang raja dan mendirikan sebuah perguruan yang didalamnya mengajarkan seni bela diri, ilmu kekebalan diri kepada anak-anak muda. Dia berharap, kelak anak-anak muda ini akan membuat kebangkitan kerajaan Majapahit seperti sedia kala dan bisa melawan terhadap kerajaan Bhre Kerthabumi.
    Namun Ki Ageng Kutu juga menyadari, pasukan yang dia bangun masih terlalu kecil dan belum terlalu kuat untuk mmelakukan perlawanan terhadap pasukan kerajaan. Oleh karenanya, Ki Agung hanya mampu memanfaatkan kepopuleram Reog. Seni Reog ini dimanfaatkan oleh Ki Agung sebagai sarana untuk mengumpulkan massa sebagai perlawanan terhadap kerajaan. Selain itu, hal ini dilakukan oleh Ki Agung sebagai sarana komunikasi utuk menyindir penguasa pada waktu itu.
    Dalam pertunjukan Reog, ditampilkan sebuah topeng berbentuk kepala singa yang biasa dikenal “Singa Barong”. Selanjutnya ada juga topeng yang berbentuk raja hutan yang dijadikan simbol untu Kerthabumi. Di atas topeng-topeng itu ditancapkan pula bulu-bulu merak sehingga seperti kipas raksasa yang melambangkan pengaruh kuat para kerabat cinanya.
    Jatilan dimainkan oleh kelompok penari gemblak yang menunggani kuda-kudaan yang menjadi lambang kekuatan pasukan kerajaan Majapahit. Hal ini menjadi perbandingan terbalik dengan kekuatan warok yang meraka memakai topeng badut merah yang menjadi lambang Ki Ageng Kutu. Jathilan sendiri adalah tarian yang menceritakan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih, tokoh ini disebut dengan Jathil. Sedangkan warok adalah orang yang mempunyai tekad suci yang memberikan perlindungan dan tuntunan tanpa mengharap pamrih.
    Saat itu kepopuleran Reog yang dibuat oleh Ki Ageng Kutu membuat Bhre Kerthabumi mengambil tindakan yaitu menyerang perguruan Ki Ageng Kutu. Pemberontakan dan perlawanan oleh warok dengan cepat diatasi, begitupun perguruannya dilarang untuk melanjutkan pengajarannya lagi tentang warok. Akan tetapi, ternyata murid-murid Ki Ageng Kutu masih melanjutkannya walaupun secara diam-diam. Meski pada waktu itu perguruannya dilarang, namun kesenian Reog sendiri masih tetap diperbolehkan untuk diadakan karena sudah menjadi acara atau pementasan yang populer di mata masyarakat. Hanya saja jalan ceritanya mempunyai alur yang baru di mana saat itu ditambahkan dengan karakter-karakter dari cerita masyarakat Ponorogo yaitu Dewi Songgolangit, Kelono Sewandono dan Sri Genthayu.
    Jika tadi sudah bercerita tentang versi reog Ponorogo yang paling populer, kini versi resmi sejarah Reog Ponorogo adalah cerita tentang seorang Raja Ponorogo bernama raja kelono yang berniat untuk melamar putri Kediri, yaitu Dewi ragil kuning Hanum. Saat akan melamar, di tengah perjalanan dia dihadang oleh Raja Singabarong yang berasal dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari singa dan merak, sedangkan dari pihak Raja Kelono dan wakilnya yaitu Bujang Anom, hanya dikawal oleh warok (seorang pria yang memakai pakaian hitam) yang mempunyai ilmu hitam mematikan. Dalam seluruh tarian yang mereka lakukan, keduanya mengadu ilmu hitam dan dalam tarian perangnya semua penari dalam keadaan kerasukan dalam mementaskan tariannya.
    Ada juga persi lainnya mengenai sejarag Reog. kali ini ceritanya tentang perjalanan seorang prabu Kelana Sewandanan yang sedang mencari gadis pujaannya. Sang Prabu dalam perjalannya didampingi prajurit berkuda dan patihnya yang setia menemani bernama Pujangganong. Akhirnya sang Prabu menemukan pujaan hatinya, dan ia jatuh cinta kepada seorang putri Kediri yang bernama Dewi Saanggalangit. Namun ternyata Dewi Sanggalangit ini mau menerima Prabu dengan mengajukan satu syarat kepadanya. Tak lain ternyata syarat itu adalah Sang Prabu harus menciptakan sebuah kesenian baru. Singkat cerita, kesenian yang menjadi syarat itu dengan nama Reog yang didalamnya dimasukan unsur mistis dan kekuatan spiritual.
    Sampai Saat ini masyarakat Ponorogo terus mengikuti dan menjaga warisan leluhur ini dengan sangat baik. Dalam perjalanannya Seni reog adalah cipta kreasi manusia yang terbentuk dari adanya aliran kepercayaan secara turun temurun dan masih terjaga keasliannya. Dalam pelaksanannya, upacara sebelum melakukan Reog Ponorogo ini menggunakan syarat-syarat yang tidak mudak dilakukan bagi orang awam. orang yang melakukan kesenaian inipun harus memiliki garis keturunan parental yang jelas dan hukum adat yang masih berlaku.
    Sayangnya perubahan zaman dan perilaku manusia itu sendiri menyebabkan terjadinya pergeseran makna yang ada dalam kesenian Reog Ponorogo. Di Ponorogo sendiri kina masyarakat setempat hanya menganggap kesenian Reog merupakan pemeriah atau hiburan saja dari sebuah acara. Contohnya pementasan dan pertunjukan Reog yang dilombakan pada acara-acara tertentu saja yang bertujuan untuk memeriahkan acara itu, misalnya perlombaan dalam suatu festival.

    Tari Reog Ponorogo

    Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rentetan dua hingga tiga tarian pembukaan. Sekitar enam sampai sembilan pria gagah berani yang memakai pakaian serba hitam dan mukanya dipoles warna merah membawakan tarian pertamanya. Digambarkan para penari ini merupakan sosok singa yang pemberani. kemudian datang enam hingga sembilan gadis menaiki kuda melanjutkan tarian Reog itu. Pada Reog tradisional, biasanya para penari ini diperankan oleh penari lak-laki yang berpakaian seperti wanita. Sebagai tarian pembuka, biasanya ada beberapa anak kecil yang membawakan tarian dengan adegan yang sangat lucu. Nah, tarian yang dibawakan oleh anak-anak ini dikenal dengan sebuatan Bujang ganong.
    Saat tarian pembuka sudah selesai, selanjutnya dipentaskanlah adegan inti yang isinya adalah sesuai dengan kondisi dimana seni reog itu ditampikan pada acara apa. Misalkan jika berhungangan dengan pernikahan, maka biasanya di adegan intu itu mereka menampilkan tarian adegan percintaan. Atau misal berhubungan dengan khitanan, maka bisanya bercerita tentang seorang pendekar.
    Adegan dalamnseni ini biasanya tidak sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Untuk memeriahkan acara, selalu ada interkasi antara dalang dengan para pemain, atau kadang-kadang juga dengan penontong yang hadir. Apabila seroang pemain yang sedang tampil kelelahan, biasanya dia digantikan oleh pemain yang lain. Namun dari itu semua, hal yang terpenting juga adalah kepuasan yang bisa dirasakan oleh penonton itu sendiri. Pada adegan terakhir dari pementasan seni ini adalah Singa Barong. Para pemain menggunakan topeng yang berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu merak. Asal kamu tau saja, berat topeng itu bisa mencapai 50-60 kg. Topeng itu mereka bawa dengan menggunakan giginya. kemampuan yang diluar nalar itu mereka dapat dengan latihan yang berat, yang didalamnya juga terdapat latihan spiritual seperti berpuasa dan tapa.

    Gambar dan Foto Reog Ponorogo




    Kesenian Seni Reog Ponorogo asli budaya Indonesia
    Kesenian seni reog
    Para Penari Bujangganong
    Topeng Singa barong
    Sejumlah penari menampilkan seni Reog Ponorogo saat Parade Reog di Lapangan Maospati, Kab. Magetan, Jatim, Kamis (17/10).
    Penari Jathilan menaiki kuda lumping
    wikimedia.org
    Topeng Singa Balong bagian dari acara pamungkas Seni reog ponorogo
    Seni Tari Bujangganong

    Reog Ponorogo, Kebudayaan Dan Kesenian Asli Indonesia



  • Cara Membuat Batik Tulis Tradisional yang Mudah Dipraktikkan


    Alat dan Bahan Membuat Batik Tulis

    Sebelum membuat batik, tentu kita akan membutuhkan peralatan dan juga bahan. Berikut ini beberapa yang harus kamu persiapkan untuk membuat batik tulis.

    1. Kain Mori

    Kain yang biasa digunakan untuk membuat batik adalah kain mori. Tapi, sekarang ini juga banyak yang menggunakan kain katun maupun kain sutra. Tinggal pilih saja kamu mau menggunakan kain jenis apa untuk membuat batik tulis.
    Tapi, lebih baik menggunakan kain mori terlebih dahulu jika kamu belum terbiasa membuat batik tulis. Selain harganya yang lebih murah dibanding kain jenis lainnya, kain mori ini juga lebih mudah didapat.

    2. Canting

    Canting untuk Membuat Batik
    Pernah mendengar nama canting? Canting adalah alat yang digunakan untuk mengambil lilin di dalam wadah untuk membuat motif pada kain. Canting tradisional biasanya terbuat dari bahan tembaga dan gagangnya berbahan bambu.

    3. Gawangan

    Gawangan merupakan alat yang digunakan untuk menyampirkan atau menjemur kain batik.

    4. Lilin

    Lilin Cair untuk Membatik

    Lilin ini yang digunakan untuk membuat motif pada kain. Lilin ini cara mengaplikasikannya adalah dengan dicairkan terlebih dahulu, baru kemudian di lukiskan ke kain menggunakan canting.

    5. Panci dan Kompor

    Panci digunakan untuk wadah lilin ketika dicairkan, sedangkan kompor berfungsi untuk memanaskan lilin agar bentuknya menjadi cairan.

    6. Laurtan Pewarna

    Seperti namanya, larutan pewarna ini akan digunakan untuk mewarnai kain agar nantinya motif yang sudah kita buat pada kain terlihat dengan jelas.

    Cara Membuat Batik Tulis

    Setelah semua alat dan bahan yang dibutuhkan siap, kita mulai membuat batik tulisnya.

    1. Membuat Desain Batik

    Membuat Molani atau Desain Batik

    Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah membuat molani atau bisa disebut juga desain batik. Kam bisa membuat berbagai macam desain batik sesuai dengan kreatifitasmu. Tapi, kalau memang mau mengikuti desain yang sudah ada, kamu bisa membuat motif batik tradisional.
    Nah, kalau kamu mau menggunakan motif tradisional yang sudah ada, ada dua jenis yang bisa kamu gunakan. Pertama adalah motif klasik, biasanya berbentuk simbol-simbol. Kedua adalah motif pesisiran, motif ini biasanya berbentuk seperti bunga atau kupu-kupu.
    Membuat molani ini biasanya menggunakan pensil yang langsung di gambar di atas kain.

    2. Melukis di Kain

    Melukis Batik pada Kain Mori

    Selanjutnya, setelah kamu membuat molani, tebalkan motif tersebut dengan menggunakan lilin yang sudah dicairkan. Nah, pada tahapan ini, kamu akan menggunakan canting, istilahnya dikandangi atau dicantangi.

    3. Menutupi Bagian Putih

    Tahap selanjutnya adalah menutupi bagian putih menggunakan lilin. maksud bagian putih adalah, bagian yang nantinya tidak akan kita warnai dengan pewarna.
    Canting yang digunakan pada tahapan ini adalah canting yang halus. Sedangkan untuk bagian yang besar, digunakan canting kuas.
    Tujuan dari proses ini adalah agar saat dilakukan pewarnaan menggunakan pewarna, lapisan yang diberi lilin tidak terkena warnanya.

    4. Pewarnaan Kain

    jejakboedi.blogspot.com

    Proses pewarnaan pertama ini dilakukan pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin. Celupkan kain yang sudah diberi lilin ke dalam pewarna tertentu. Setelah itu, keringkan dengan cara dijemur.

    5. Melukis Kembali dengan Canting

    Setelah kain kering kembali, langkah selanjutnya adalah melukis kembali kain menggunakan canting. Tujuan dari tahapan ini adalah agar mempertahankan warna pada tahap pewarnaan pertama. Setelah itu, celupkan ke pewarna kedua, atau tahap pewarnaan kedua.

    6. Menghilangkan Lilin

    Setelah pewarnaan kedua selesai, kamu bisa mulai menghilangkan lilin yang menempel pada kain. Caranya adalah dengan mencelupkan kain pada air yang sudah dipanaskan di atas tungku.

    7. Membatik Lagi

    Setelah kain bersih dari lilin dan sudah kering, kamu dapat melakukan lagi proses membatik menggunakan lilin. Tujuannya agar mempertahankan warna pada pewarnaan pertama dan kedua.
    Proses melelehkan atau membuka dan menutup lilin ini bisa kamu lakukan berulang kali, tergantung seberapa banyak warna yang ada di kain batik nantinya.

    8. Nglorot

    batikkebumenpawitah.com
    Langkah selanjutnya yang dapat kamu lakukan adalah nglorot. Tahap nglorot ini adalah tahap merebus kain yang sudah berubah warnanya menggunakan air panas.
    Tujuan nglorot ini adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang sudah dibuat pada kain akan terlihat dengan jelas.

    9. Mencuci Kain Batik

    Setelah semua tahapan selesai, kamu dapat mencuci kain batik dan menjemurnya sampai kering. Setelah kering, baru deh kain batik bisa kamu gunakan.

    Cara Membuat Batik Tulis Tradisional yang Mudah Dipraktikkan

  • Tari Saman : Keberagaman Warna-Warni Budaya Indonesia dalam Keseragaman




    Tarian dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama, biasanya diiringi dengan bunyi-bunyian atau lagu. Sedangkan secara istilah, tarian bermakna suatu format yang dikenali dan populer dari interaksi sosial dan merupakan suatu ungkapan kultur, spiritualitas dan sejarah hidup dan disajikan dalam bentuk gerakan yang estetis.
    Data menunjukkan bahwa di Indonesia ada total 1.331 suku bangsa yang memiliki keragaman ciri budayanya masing-masing. Maka tidak salah bila Indonesia dijuluki sebagai negara dengan kekayaan  budaya  yang terbesar di dunia. Hal ini pula yang melatarbelakangi begitu banyaknya tarian tradisional di setiap daerah di bumi Nusantara.
    Dari sekian bentuk keberagaman tersebut, Tari Saman menjadi salah satu contoh keberhasilan Indonesia dalam memberikan sumbangsihnya dalam meramaikan warna-warni kebudayaan dunia. Tarian tradisional yang menyuguhkan harmonisasi dan sinergisitas dari para penarinya sebagai daya tarik utamanya ini selalu berhasil membuat decak kagum bagi semua mata yang memandang.
    Sejak dijadikan sebagai warisan dunia tak benda oleh UNESCO pada 24 November 2011, Tari Saman meraih popularitas yang baik di seluruh penjuru negeri. Berawal dari Gayo, Aceh, Saman mulai digemari dan digeluti secara meluas tidak hanya di  Indonesia namun juga Dunia. Beragam prestasi telah diraih diajang internasional salah satunya adalah perolehan rekor dunia yang diraih atas "rekor tarian kolosal dengan penari terbanyak di dunia" pada tanggal 13 Agustus 2017 di Aceh kemarin.
    Sejarah panjang dan menarik serta makna filosofispun turut melengkapi kebesaran tari saman ini.


    saman memecahkan rekor sebagai Tarian kolosal yang dilakukan dengan peserta terbanyak. 
    Saman, Nama tarian sekaligus pencipta
    Berawala dari permainan bernama “Pok Ane”, Ulama Besar asal Suku Gayo, Syekh Saman, melakukan akulturasi permainan tersebut dengan kebudayaan Islam yang mulai masuk ke tanah Aceh pada abad ke 14. Sejak saat itulah, nanyian pengiring permainan Pok Ane yang mulanya hanya sebagai pelengkap menjadi beralih ke pujian penuk makna atas Allah S.W.T yang kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Saman.
    Di masa kesultanan Aceh, tari Saman hanya ditampilkan pada acara perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W di Masjid dan Surau.  Penari Saman di awal perkembangannya berjumlah 10 orang dengan 2 orang Syekh sebagai pemberi aba-aba dan pemandu syair-syair pengiring.  Semua penari hanya  diperbolehkan untuk pria dan berambut panjang pada masa itu.
    Sempat dilarang pada masa pemerintahan Belanda karena dinilai mengandung unsur magis yang dapat menyesatkan, namun masyarakat Aceh tidak menghiraukan dan terus menarikan tarian ini hingga berkembang pesat seperti sekarang.
    Kini penari yang semula hanya diperkenankan oleh pria kini juga boleh ditarikan oleh wanita. Jumlahnya pun tidak lagi terbatas seiring dengan kesadaran bahwa tarian akan terasa lebih semarak jika ditarikan oleh lebih banyak orang yang terlibat.


    Kini Tari Saman juga bisa diperkenankan untuk perempuan 
    Saman juga tidak lagi terikat dengan ritual keagamaan atau peristiwa tertentu melainkan menjadi sebuah seni pertunjukkan yang bisa ditemui dimana saja. Tari Saman sekarang biada ditampilkan tidak hanya pada acara keagamaan namun juga setiap acara yang bersifat dengan kermaian, kegemberiaan, dan suka cita seperti pernikahan, festival, hinggga ke penyambutan tamu penting dan acara resmi kenegaraan.
    Sarat Makna dalam Kebudayaan Indonesia
    Berawal sebagai media dakwah Islam yang menekankan nasihat dan petuah dalam syair yang dilatunkan, Tari Saman sebagai seni pertunjukkan juga memiliki makna yang sarat akan kebaikan dan keluhuran budaya. Keeksklusifan pertunjukkan Saman pada zaman dulu dijadikan masyarakat sebagai sarana silaturahim antar Desa.
    Syekh Saman menggambarkan bagaimana budaya yang sudah ada mampu berakulturasi secara baik dengan keagamaan. Fatwa sebagain ulama yang melarang adanya musik, akhirnya menjadikan ciri khas yang unik dari Tarian Saman dimana iringan bersumber dari suara penari sendiri. Jalan tengah yang baik untuk menjangkau setiap kalangan untuk tetap menikmati dan mengembangkan kebudayaan ini.
    Dalam Gerakan tarian Saman sendiri sarat makna yang luar biasa untuk dipetik dalam kehidupan sehari-hari. Sirinen Gayo, sebuah ungkapan aceh yang menegaskan terciptanya kedekatan dan keeratan antar para penari Saman hubungan batin yang lebih dari sekedar keluarga sedarah. Benar saja karena hampir tidak mungkin puluhan orang bisa menarikan gerakan yang kompak tanpa terciptanya kebersamaan dan kekeluargaan antara satu dengan yang lain.


    Tari Saman bisa memunculkan rasa kekeluargaan antar anggotanya 
    Harmonisasi dalam keberagaman adalah satu dari filosofi penting yang dapat dipetik dari tarian yang dikenal dengan sebutan Dance of Thousand Hand oleh dunia Internasional. Beragam unsur gerakan mulai dari tepuk tangan dan dada hingga perubahan tempat duduk dibalut dengan tempo yang semakin cepat menuntut diperlukannya ketepatan demi gerakan yang harmoni dan indah dipandang. Pesan bersatu dalam harmoni ditengah keberagaman inilah yang dirasa menjadi sebuah amanat yang harus dimiliki setiap masyarakat Indonesia. Bila dalam kehidupan semua mampu melebur seperti Saman, mengesampingkan perbedaan dan ego masing-masing, maka bukan tidak mungkin warna warni keberagaman di Indonesia dapat menciptakan persatuan yang Indah di bumi Nusantara.

    Tari Saman : Keberagaman Warna-Warni Budaya Indonesia dalam Keseragaman

  • Rebana, Kesenian Islam yang Mulai Sirna

    Alat musik rebana.
    Alat musik rebana.
    Oleh: Hannan Putra
    Penyebaran Islam di Nusantara mulai semarak pada abad ke-12 dan 13. Syiar Islam yang dibawa para dai Timur Tengah ternyata bisa diterima baik oleh warga pribumi.
    Alasannya, syiar Islam tersebut mampu bertransformasi dengan budaya setempat. Nilai-nilai Islam yang disampaikan dikemas sedemikian rupa sehingga mampu menyesuaikan dengan kondisi sosio-kultural setempat.
    Misalnya, dalam pergelaran wayang kulit dikemas dengan kisah dan ajaran bernapaskan Islam. Syiar Islam disampaikan dalam bentuk hiburan yang saat itu digandrungi masyarakat nusantara.
    Demikian juga dengan alat musik rebana yang didalam syair-syairnya sarat dengan nilai-nilai Islam. Masyarakat yang ketika itu menyukai nyanyian ternyata menyukai kesenian rebana. Akhirnya, mereka pun ikut melantunkan syair-syair yang bernapaskan ajaran Islam itu.
    Hingga sekarang, hiburan sejenis rebana masih menghiasi kegiatan peringatan hari besar
    islam, tasyakuran, walimatul urusy, walimatul khitan, walimatul hamli, hari raya, hingga acara penyambutan tamu penting.
    Seperti dikenal dalam masyarakat Betawi, kesenian marawis adalah salah satu bukti nyata bentuk kesenian Islam dengan menggunakan rebana.
    Marawis merupakan kolaborasi kesenian Timur Tengah dan Betawi yang sangat kental dengan warna keagamaan. Itu tecermin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan, seperti ungkapan shalawat sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi SAW, dan pujian serta ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta.
    Kesenian yang asal-muasalnya dari Yaman ini mempunyai irama-irama tertentu untuk tujuan
    tertentu pula. Seperti irama jenis sarah dipakai untuk mengarak pengantin, dan irama jenis zahefah untuk mengiringi lagu di majelis. Kedua nada ini lebih banyak digunakan untuk irama yang menghentak dan membangkitkan semangat.
    Dalam marawis juga dikenal istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul dan mengangkat. Selain mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan, marawis juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.
    Dalam Islam, rebana dan gendang tidak hanya sebatas hiburan atau alat permainan semata. Alat musik pukul ini bahkan sering diselaraskan dengan kebudayaan Islam. Keberadaannya rebana dahulunya juga menjadi salah satu media dalam dakwah dalam menyampaikan syiar Islam.

    Rebana, Kesenian Islam yang Mulai Sirna

  • Diberdayakan oleh Blogger.

    About

    - Copyright © dunia hanyalah permainan - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -