• Posted by : Unknown Senin, 17 September 2018

    Tari Saman : Keberagaman Warna-Warni Budaya Indonesia dalam Keseragaman




    Tarian dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama, biasanya diiringi dengan bunyi-bunyian atau lagu. Sedangkan secara istilah, tarian bermakna suatu format yang dikenali dan populer dari interaksi sosial dan merupakan suatu ungkapan kultur, spiritualitas dan sejarah hidup dan disajikan dalam bentuk gerakan yang estetis.
    Data menunjukkan bahwa di Indonesia ada total 1.331 suku bangsa yang memiliki keragaman ciri budayanya masing-masing. Maka tidak salah bila Indonesia dijuluki sebagai negara dengan kekayaan  budaya  yang terbesar di dunia. Hal ini pula yang melatarbelakangi begitu banyaknya tarian tradisional di setiap daerah di bumi Nusantara.
    Dari sekian bentuk keberagaman tersebut, Tari Saman menjadi salah satu contoh keberhasilan Indonesia dalam memberikan sumbangsihnya dalam meramaikan warna-warni kebudayaan dunia. Tarian tradisional yang menyuguhkan harmonisasi dan sinergisitas dari para penarinya sebagai daya tarik utamanya ini selalu berhasil membuat decak kagum bagi semua mata yang memandang.
    Sejak dijadikan sebagai warisan dunia tak benda oleh UNESCO pada 24 November 2011, Tari Saman meraih popularitas yang baik di seluruh penjuru negeri. Berawal dari Gayo, Aceh, Saman mulai digemari dan digeluti secara meluas tidak hanya di  Indonesia namun juga Dunia. Beragam prestasi telah diraih diajang internasional salah satunya adalah perolehan rekor dunia yang diraih atas "rekor tarian kolosal dengan penari terbanyak di dunia" pada tanggal 13 Agustus 2017 di Aceh kemarin.
    Sejarah panjang dan menarik serta makna filosofispun turut melengkapi kebesaran tari saman ini.


    saman memecahkan rekor sebagai Tarian kolosal yang dilakukan dengan peserta terbanyak. 
    Saman, Nama tarian sekaligus pencipta
    Berawala dari permainan bernama “Pok Ane”, Ulama Besar asal Suku Gayo, Syekh Saman, melakukan akulturasi permainan tersebut dengan kebudayaan Islam yang mulai masuk ke tanah Aceh pada abad ke 14. Sejak saat itulah, nanyian pengiring permainan Pok Ane yang mulanya hanya sebagai pelengkap menjadi beralih ke pujian penuk makna atas Allah S.W.T yang kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Saman.
    Di masa kesultanan Aceh, tari Saman hanya ditampilkan pada acara perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W di Masjid dan Surau.  Penari Saman di awal perkembangannya berjumlah 10 orang dengan 2 orang Syekh sebagai pemberi aba-aba dan pemandu syair-syair pengiring.  Semua penari hanya  diperbolehkan untuk pria dan berambut panjang pada masa itu.
    Sempat dilarang pada masa pemerintahan Belanda karena dinilai mengandung unsur magis yang dapat menyesatkan, namun masyarakat Aceh tidak menghiraukan dan terus menarikan tarian ini hingga berkembang pesat seperti sekarang.
    Kini penari yang semula hanya diperkenankan oleh pria kini juga boleh ditarikan oleh wanita. Jumlahnya pun tidak lagi terbatas seiring dengan kesadaran bahwa tarian akan terasa lebih semarak jika ditarikan oleh lebih banyak orang yang terlibat.


    Kini Tari Saman juga bisa diperkenankan untuk perempuan 
    Saman juga tidak lagi terikat dengan ritual keagamaan atau peristiwa tertentu melainkan menjadi sebuah seni pertunjukkan yang bisa ditemui dimana saja. Tari Saman sekarang biada ditampilkan tidak hanya pada acara keagamaan namun juga setiap acara yang bersifat dengan kermaian, kegemberiaan, dan suka cita seperti pernikahan, festival, hinggga ke penyambutan tamu penting dan acara resmi kenegaraan.
    Sarat Makna dalam Kebudayaan Indonesia
    Berawal sebagai media dakwah Islam yang menekankan nasihat dan petuah dalam syair yang dilatunkan, Tari Saman sebagai seni pertunjukkan juga memiliki makna yang sarat akan kebaikan dan keluhuran budaya. Keeksklusifan pertunjukkan Saman pada zaman dulu dijadikan masyarakat sebagai sarana silaturahim antar Desa.
    Syekh Saman menggambarkan bagaimana budaya yang sudah ada mampu berakulturasi secara baik dengan keagamaan. Fatwa sebagain ulama yang melarang adanya musik, akhirnya menjadikan ciri khas yang unik dari Tarian Saman dimana iringan bersumber dari suara penari sendiri. Jalan tengah yang baik untuk menjangkau setiap kalangan untuk tetap menikmati dan mengembangkan kebudayaan ini.
    Dalam Gerakan tarian Saman sendiri sarat makna yang luar biasa untuk dipetik dalam kehidupan sehari-hari. Sirinen Gayo, sebuah ungkapan aceh yang menegaskan terciptanya kedekatan dan keeratan antar para penari Saman hubungan batin yang lebih dari sekedar keluarga sedarah. Benar saja karena hampir tidak mungkin puluhan orang bisa menarikan gerakan yang kompak tanpa terciptanya kebersamaan dan kekeluargaan antara satu dengan yang lain.


    Tari Saman bisa memunculkan rasa kekeluargaan antar anggotanya 
    Harmonisasi dalam keberagaman adalah satu dari filosofi penting yang dapat dipetik dari tarian yang dikenal dengan sebutan Dance of Thousand Hand oleh dunia Internasional. Beragam unsur gerakan mulai dari tepuk tangan dan dada hingga perubahan tempat duduk dibalut dengan tempo yang semakin cepat menuntut diperlukannya ketepatan demi gerakan yang harmoni dan indah dipandang. Pesan bersatu dalam harmoni ditengah keberagaman inilah yang dirasa menjadi sebuah amanat yang harus dimiliki setiap masyarakat Indonesia. Bila dalam kehidupan semua mampu melebur seperti Saman, mengesampingkan perbedaan dan ego masing-masing, maka bukan tidak mungkin warna warni keberagaman di Indonesia dapat menciptakan persatuan yang Indah di bumi Nusantara.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Diberdayakan oleh Blogger.

    Arsip Blog

    About

    - Copyright © dunia hanyalah permainan - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -